Fr. Patrisius Juwantri Badri Dinggit, CM
Lahir: Tahun 1788
Wafat: 13 Juli 1855
Peringatan: 30 Agustus
Ghebre Mikael yang lahir di Nefsie, Etiopia pada tahun 1788 ini tidak sejak awal menjadi seorang katolik. Ia merupakan salah seorang biarawan Gereja Orthodox Ethiopia dan tinggal di biara Mertulai-Miryam. Ia memasuki biara setelah menyelesaikan masa sekolahnya dengan keadaan cacat yaitu kehilangan salah satu matanya. Selama tinggal di biara itu, kepintaran dan kesalehannya yang paling menonjol. Kepintaran dan kesalehannya itu tampak dalam usahanya mencari kebenaran teologis tentang Yesus Kristus, niat baiknya ini justru memicu kebencian dalam diri saudara-saudaranya di dalam biara. Tidak hanya itu, pemimpin Gereja Othodox Etiopia juga membencinya karena ia menganggap usaha Ghebre membahayakan Gereja Orthodox Etiopia. Kebencian itu semakin nyata ketika pemimpin Gereja Orthodox tersebut mencoba meracuni Ghebre namun gagal. Meskipun demikian, Ghebre tetap teguh dengan niat baiknya itu.
Perjalanan hidupnya sebagai seorang katolik diawali dengan perjumpaannya dengan seorang imam katolik bernama Yustinus de Yakobis yang kemudian mejadi santo. Yustinus de Yakobis saat itu adalah seoarang imam Kongregasi Misi yang mendapat perutusan sebagai Vikaris Apostolik wilayah Etiopia dan sekaligus Uksup Nilopolis. Pertemuan ini membakar semangat Ghebre Mikael untuk mencari kebenaran teologis tentang Yesus Kristus lebih dalam dengan bimbingan Yustinus de Yakobis. Bimbingan Yustinus kepada Ghebre untuk menemukan kebenaran tentang Yesus mendorong Ghebre menjadi seorang katolik. Keinginannya ini ia sampaikan kepada Yustinus, namun Yustinus tidak segera mengabulkan permohonannya. Yustinus ingin melihat kesungguhannya untuk menjadi seoarang katolik. Setelah beberapa bulan, ia diterima menjadi anggota Gereja Katolik Roma. Kurang lebih tujuah tahun kemudian, ia ditahbiskan menjadi seorang imam Kongregasi Misi oleh Yustinus de Yakobis.
Bersama Yustinnus, ia mewartakan iman Katolik dengan mengajarkan agama Katolik pada anak-anak di Etiopia. Kesugguhan mereka dalam mewartakan Yesus Kristus semakin nyata ketika sebuah kolose didirikan untuk mengajar anak-anak di Etiopia tentang pengetahuan umum da terutama iman Katolik. Secara khusus, kesungguhan Ghebre mewartakan iman Katolik nyata ketika ia memintan dan mendapat izin dari Uskup Yustinus untuk mendirikan sebuah seminari tinggi. Seminari ini untuk membina dan mendidik calon-calon imam pribumi di Etiopia. Namun, kebaikan Uskup dan imam ini dipandang tidak baik oleh pemimpin Gereja Orthodox Etiopia yang memiliki julukan Abuna.
Abuna menghasut raja Etiopia untuk menganiaya semua orang yang bukan anggota Gereja Orthodox Etiopia. Sasaran utama Abuna adalah romo Ghebre yang ia anggap sebagai ancaman bagi gerejanya. Pada 15 Juli 1854, Uskup Yustinus dan romo Ghebre ditangkap dan dipenjarakan secara terpisah oleh para aparat kerajaan. Tidak hanya dipenjarakan, romo Ghebre disiksa atau diperlakukan dengan kasar setiap hari oleh para serdadu. Namun, para serdadu kagum padanya karena mereka selalu merasan kelelahan setelah memukulnya. Oleh sebab itu, ia selalu dipindahkan ke penjara yang berbeda-beda setelah disiksa. Para serdadu menjulukinya Chedus Ghierghis (Santo George) yang adalah salah satu martir kuno di Etiopia. Menurut legenda masyarakat Etiopia, santo George itu pernah mati tujuh kali dan kemudian hidup lagi, karena membela imannya. Legenda ini seperti apa yang dialami oleh Ghebre meskipun ia tidak mati berkali-kali, tetapi ia memililki kesetiaan yang sama seperti George. Ghebre dijatuhi hukuman mati karena bersih kukuh memeluk iman Katoliknya, namun, eksekusi tersebut ditunda tanpa alasan yang tidak diketahui secara gamblang. Tepat 13 Juli 1855 romo Ghebre wafat bertepatan dengan peringatan Santo George menurut kalender Etiopia. Tanggal 3 Oktober 1926 ia dinyatakan sebagai beato, imam dan martir di Etiopia.